PEMERIKSAAN SEROLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE
Infeksi virus dengue akan mengakibatkan terbentuknya antibody. Antibody yang pertama dibentuk ialah Neutralizing antibody (NT), yaitu pada hari kelima. Titer antibody ini naik sangat cepat, kemudian menurun secara lambat untuk waktu yang lama, biasanya seumur hidup. Antibody ini bersifat spesifik. Setelah pembentukan NT, segera akan timbul Hemaglutination inhibition antibody (HI). Titer naik sejajar dengan NT dan kemudian akan turun secara perlahan-lahan, lebih cepat daripada antibody NT. Untuk waktu yang lama, tetapi lebih pendek daripada antibody NT.
Antibodi HI bersifat spesifik terhadap golongan tapi tidak terhadap tipe virus. Dengan demikian dalam satu golongan dengan lebih dari satu tipe virus dapat terjadi reaksi silang diantara masing-masing tipe virus.
Antibodi yang terakhir timbul adalah Complement fixing antibody (CF), yaitu sekitar hari kedua puluh, titer naik setelah perjalanan penyakit mencapai maksimum dalam waktu 1-2 bulan dan kemudian turun secara cepat dan menghilang setelah 1-2 tahun.
Dasar pemeriksaan serologis adalah membandingkan titer antibody pada masa akut dan masa konvalesen. Pemeriksaan dapat berupa Neutralizing test, complement fixation test atau hemagglutination inhibition test. Bergantung pada kebutuhannya. Pemeriksaan serologis dapat membantu menegakkan diagnosis klinis. Untuk pemeriksaan serologis ini dibutuhkan 2 contoh darah pada masa konvalesen yang diambil 1-4 minggu setelah perjalanan penyakit. Dalam praktek sukar sekali mendapatkan contoh darah kedua karena biasanya penderita setelah sembuh tidak bersedia diambil darahnya.
Maksud diambil contoh darah yang kedua ialah selain untuk menjaga kemungkinan tidak didapatkan contoh darah ketiga juga untuk mempercepat hasil akan sudah cukup nyata sehingga dapat diinterpretasi. Apabila hanya diperoleh satu contoh darah, penafsiran akan sulit atau bahkan sering tidak mungkin dilakukan.
Hemagglutination Inhibition Test
Pemeriksaan uji Hemagglutination inhibition antibody dapat dilakukan dengan 2 cara :
Hasil yang diperoleh dengan menggunakan kertas saring adalah cukup baik, terutama apabila cara pengisian dilakukan dengan betul.
Antibodi HI dapat diperiksa dengan suatu pemeriksaan yang disebut uji HI (hemagglutination inhibition test). Dasar pemeriksaan ini ialah sifat virus yang dapat menggumpalkan (mengaglutinasi) darah yang dapat dihambat oleh serum yang mengandung antibody homolog terhadap antigen (dalam hal ini virus) yang dipakai.
Untuk pemeriksaan HI terhadap virus dengue dipakai antigen 8 satuan. Pertama-tama digunakan antigen virus dengue tipe1 atau 2. Apabila hasil pemeriksaan negative, percobaan diulangi dengan menggunakan ketiga antigen lain.
Pada pemeriksaan serologis uji HI serum diencerkan menjadi kelipatan 2 kali, dimulai dengan pengenceran 1:10, 1:20, 1:40 dan seterusnya.
Interpretasi hasil pemeriksaan berdasarkan Kriteria WHO (1975) yaitu:
Dengue Blot IgG dan IgM
Tes serologi lainnya adalah dengue blot IgG dan IgM. Dengue blot IgG masih banyak kelemahannya. Sensitivitas pada infeksi sekunder tinggi, tetapi pada infeksi primer sangat rendah. Hasil positif IgG menandakan adanya infeksi sekunder dengue. Tetapi bisa juga dibaca sebagai pernah terkena infeksi virus dengue. Untuk IgM sensitivitasnya lebih baik, khususnya untuk infeksi primer dengue. Sayang harganya relatif lebih mahal. Tes ini merupakan pemeriksaan kualitatif dengan mempergunakan metode enzyme immunoassay. Dengan tes ini, antibodi IgM baru dapat diketahui setelah hari ke-5 infeksi dengue.
Tes lainnya yang beredar adalah Dengue IgG dan IgM Capture ELISA (Enzymelinked Immunosorbent Assay). Pemeriksaan ini memerlukan waktu 90 menit untuk IgM dan 60 menit untuk IgG. Hasilnya dapat keluar sebagai kadar dari IgG dan IgM (kuantitatif).
Kit yang lebih baru lagi adalah Dengue Rapid Strip IgG-IgM. Antigen yang digunakan yaitu rekombinan Den-1, 2, 3, 4 dengan metode Rapid Immunochromatographic Captured antibodi virus IgG dan IgM. Deteksi IgM menginterpretasikan infeksi primer atau sekunder. Nilai cut-off IgG dirancang untuk mendeteksi kadar tinggi yang khas muncul dari infeksi sekunder. Tes ini terbukti mempunyai korelasi yang sangat baik terhadap uji HAI. Sensitivitas dan spesifisitas diagnostik dari tes ini dilaporkan sebesar 92-99%. Tes ini sangat praktis dan hanya memerlukan waktu selama 15 menit.
Antibodi IgM akan muncul 2 sampai 6 hari setelah dimulainya gejala, sedangkan IgG setelah 6 hari. IgG akan meningkat secara perlahan dalam beberapa minggu. Ini umumnya yang terjadi pada infeksi primer dengue. Pada infeksi sekunder dengue, kadar IgM kadang-kadang bisa lebih rendah atau sulit terdeteksi sehingga dalam keadaan ini deteksi IgG menjadi sangat penting. Kadar antibodi IgG akan cepat meningkat karena telah adanya memori antigen dengue.
Enzym-enzym hati pada kasus infeksi sekunder dengue (DHF) cenderung menunjukkan adanya kenaikan seperti SGOT (AST) dan SGPT (ALT). Kenaikan kadar ini kadang juga dapat dipakai untuk membedakan apakah infeksinya termasuk DF atau DHF. Hal ini disebabkan oleh adanya kerusakan sel-sel karena terjadinya perdarahan kecil dalam hati. Dalam perkembangan diagnostik sampai saat ini di samping dengan menilai gejala-gejalanya, juga pemeriksaan laboratorium akan sangat membantu untuk menegakkan diagnostik penyakit DHF. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana bisa menegakkan diagnosis sedini mungkin, sehingga pengobatan secara adekwat dapat segera diberikan.
Pemeriksaan Rumple leed test
Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara mengenakan pembendungan kepada vena-vena, sehingga darah menekan kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit (petechiae).
Pemeriksaan dilakukan dengan memasang sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai tekanan berada ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit, setelah itu lepaskan ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda stasis darah lenyap lagi. Stasis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung tadi mendapat lagi warna kulit lengan yang tidak dibendung. Lalu carilah petechiae yang timbul dalam lingkaran berdiameter 5 cm kira-kira 4 cm distal dari vena cubiti. Test dikatakan positif jika terdapat lebih dari 10 petechiae dalam lingkaran tadi.
Infeksi virus dengue akan mengakibatkan terbentuknya antibody. Antibody yang pertama dibentuk ialah Neutralizing antibody (NT), yaitu pada hari kelima. Titer antibody ini naik sangat cepat, kemudian menurun secara lambat untuk waktu yang lama, biasanya seumur hidup. Antibody ini bersifat spesifik. Setelah pembentukan NT, segera akan timbul Hemaglutination inhibition antibody (HI). Titer naik sejajar dengan NT dan kemudian akan turun secara perlahan-lahan, lebih cepat daripada antibody NT. Untuk waktu yang lama, tetapi lebih pendek daripada antibody NT.
Antibodi HI bersifat spesifik terhadap golongan tapi tidak terhadap tipe virus. Dengan demikian dalam satu golongan dengan lebih dari satu tipe virus dapat terjadi reaksi silang diantara masing-masing tipe virus.
Antibodi yang terakhir timbul adalah Complement fixing antibody (CF), yaitu sekitar hari kedua puluh, titer naik setelah perjalanan penyakit mencapai maksimum dalam waktu 1-2 bulan dan kemudian turun secara cepat dan menghilang setelah 1-2 tahun.
Dasar pemeriksaan serologis adalah membandingkan titer antibody pada masa akut dan masa konvalesen. Pemeriksaan dapat berupa Neutralizing test, complement fixation test atau hemagglutination inhibition test. Bergantung pada kebutuhannya. Pemeriksaan serologis dapat membantu menegakkan diagnosis klinis. Untuk pemeriksaan serologis ini dibutuhkan 2 contoh darah pada masa konvalesen yang diambil 1-4 minggu setelah perjalanan penyakit. Dalam praktek sukar sekali mendapatkan contoh darah kedua karena biasanya penderita setelah sembuh tidak bersedia diambil darahnya.
Maksud diambil contoh darah yang kedua ialah selain untuk menjaga kemungkinan tidak didapatkan contoh darah ketiga juga untuk mempercepat hasil akan sudah cukup nyata sehingga dapat diinterpretasi. Apabila hanya diperoleh satu contoh darah, penafsiran akan sulit atau bahkan sering tidak mungkin dilakukan.
Hemagglutination Inhibition Test
Pemeriksaan uji Hemagglutination inhibition antibody dapat dilakukan dengan 2 cara :
- Dalam bentuk serum yaitu dengan mengambik 2-5 ml darah vena dengan menggunakan semprit atau vacutainer. Selanjutnya serum dipisahkan dan dimasukkan ke dalam botol steril yang tertutup rapat. Sebelum dikirim serum disimpan dalam lemari es dan pada waktu dikirim ke laboratorium dimasukkan ke dalam termos berisi es.
- Dengan menggunakan kertas saring “filter paper disc”. Kerta saring ini khusus, dengan diameter 12,7 mm, mempunyai tebal dan daya hisap tertentu. Darah dari tusukan pada ujung jari atau darah vena dari semprit dikumpulkan pada kertas saring sampai jenuh bolak-balik, artinya seluruh permukaan kertas saring harus tertutup darah. Diusahakan agar kertas saring tidak diletakkan pada permukaan yang memudahkan kertas saring melekat, misalnya pada kaca atau plastik. Kertas saring yang dikeringkan pada suhu kamar selama 2-3 jam dapat dikirim dalam amplop dengan perantaraan pos ke laboratorium.
Hasil yang diperoleh dengan menggunakan kertas saring adalah cukup baik, terutama apabila cara pengisian dilakukan dengan betul.
Antibodi HI dapat diperiksa dengan suatu pemeriksaan yang disebut uji HI (hemagglutination inhibition test). Dasar pemeriksaan ini ialah sifat virus yang dapat menggumpalkan (mengaglutinasi) darah yang dapat dihambat oleh serum yang mengandung antibody homolog terhadap antigen (dalam hal ini virus) yang dipakai.
Untuk pemeriksaan HI terhadap virus dengue dipakai antigen 8 satuan. Pertama-tama digunakan antigen virus dengue tipe1 atau 2. Apabila hasil pemeriksaan negative, percobaan diulangi dengan menggunakan ketiga antigen lain.
Pada pemeriksaan serologis uji HI serum diencerkan menjadi kelipatan 2 kali, dimulai dengan pengenceran 1:10, 1:20, 1:40 dan seterusnya.
Interpretasi hasil pemeriksaan berdasarkan Kriteria WHO (1975) yaitu:
- Pada infeksi primer, titer antibody HI pada masa akut, yaitu bila serum diperoleh sebelum keempat sakit adalah kurang dari 1:20 dan titer anak naik 4 kali atau lebih pada masa konvalesen, tetapi tidak akan melebihi 1:1280.
- Pada infeksi sekunder, adanya infeksi baru (recent dengue infection) ditandai oleh titer antibody HI kurang dari 1:20 pada masa akut, sedangkan pada masa konvalesen titer bernilai sama atau lebih besar daripada 1:2560. Tanda lain infeksi sekunder ialah apabila titer antibody akut sama atau lebih besar daripada 1:20 dan titer akan naik 4 kali atau lebih pada masa konvalesen.
- Persangkaan adanya infeksi sekunder yang baru terjadi (presumptive diagnosis) ditandai oleh titer antibody HI yang sama atau lebih besar daripada 1:280 pada masa akut. Dalam hal ini tidak diperlukan kenaikan titer 4 kali atau lebih pada masa konvalesen.
Titer Ab akut | Titer Ab konvalesen | Interpretasi |
< 1:20
< 1:20 ≥ 1:20 ≥ 1:1280 |
Naik 4x atau lebih (<1:1280)
≥ 1:2560 Naik 4x atau lebih Tidak perlu naik 4x atau lebih |
Infeksi primer
Infeksi sekunder baru Infeksi sekunder baru Infeksi sekunder tersangka baru terjadi |
Tes serologi lainnya adalah dengue blot IgG dan IgM. Dengue blot IgG masih banyak kelemahannya. Sensitivitas pada infeksi sekunder tinggi, tetapi pada infeksi primer sangat rendah. Hasil positif IgG menandakan adanya infeksi sekunder dengue. Tetapi bisa juga dibaca sebagai pernah terkena infeksi virus dengue. Untuk IgM sensitivitasnya lebih baik, khususnya untuk infeksi primer dengue. Sayang harganya relatif lebih mahal. Tes ini merupakan pemeriksaan kualitatif dengan mempergunakan metode enzyme immunoassay. Dengan tes ini, antibodi IgM baru dapat diketahui setelah hari ke-5 infeksi dengue.
Tes lainnya yang beredar adalah Dengue IgG dan IgM Capture ELISA (Enzymelinked Immunosorbent Assay). Pemeriksaan ini memerlukan waktu 90 menit untuk IgM dan 60 menit untuk IgG. Hasilnya dapat keluar sebagai kadar dari IgG dan IgM (kuantitatif).
Kit yang lebih baru lagi adalah Dengue Rapid Strip IgG-IgM. Antigen yang digunakan yaitu rekombinan Den-1, 2, 3, 4 dengan metode Rapid Immunochromatographic Captured antibodi virus IgG dan IgM. Deteksi IgM menginterpretasikan infeksi primer atau sekunder. Nilai cut-off IgG dirancang untuk mendeteksi kadar tinggi yang khas muncul dari infeksi sekunder. Tes ini terbukti mempunyai korelasi yang sangat baik terhadap uji HAI. Sensitivitas dan spesifisitas diagnostik dari tes ini dilaporkan sebesar 92-99%. Tes ini sangat praktis dan hanya memerlukan waktu selama 15 menit.
Antibodi IgM akan muncul 2 sampai 6 hari setelah dimulainya gejala, sedangkan IgG setelah 6 hari. IgG akan meningkat secara perlahan dalam beberapa minggu. Ini umumnya yang terjadi pada infeksi primer dengue. Pada infeksi sekunder dengue, kadar IgM kadang-kadang bisa lebih rendah atau sulit terdeteksi sehingga dalam keadaan ini deteksi IgG menjadi sangat penting. Kadar antibodi IgG akan cepat meningkat karena telah adanya memori antigen dengue.
Enzym-enzym hati pada kasus infeksi sekunder dengue (DHF) cenderung menunjukkan adanya kenaikan seperti SGOT (AST) dan SGPT (ALT). Kenaikan kadar ini kadang juga dapat dipakai untuk membedakan apakah infeksinya termasuk DF atau DHF. Hal ini disebabkan oleh adanya kerusakan sel-sel karena terjadinya perdarahan kecil dalam hati. Dalam perkembangan diagnostik sampai saat ini di samping dengan menilai gejala-gejalanya, juga pemeriksaan laboratorium akan sangat membantu untuk menegakkan diagnostik penyakit DHF. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana bisa menegakkan diagnosis sedini mungkin, sehingga pengobatan secara adekwat dapat segera diberikan.
Pemeriksaan Rumple leed test
Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara mengenakan pembendungan kepada vena-vena, sehingga darah menekan kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit (petechiae).
Pemeriksaan dilakukan dengan memasang sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai tekanan berada ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit, setelah itu lepaskan ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda stasis darah lenyap lagi. Stasis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung tadi mendapat lagi warna kulit lengan yang tidak dibendung. Lalu carilah petechiae yang timbul dalam lingkaran berdiameter 5 cm kira-kira 4 cm distal dari vena cubiti. Test dikatakan positif jika terdapat lebih dari 10 petechiae dalam lingkaran tadi.